Hasad adalah
harapan seseorang (Hasid) akan hilangnya nikmat dari orang yang
dihasadkannya (Mahsud), atau benci dan tidak senang ketika dia melihat
kebaikan ada pada diri orang lain. Ḫasad adalah penyakit yang parah dan racun
yang mematikan, tidak seorangpun yang selamat kecuali yang diselamatkan oleh
Allah, oleh karena itu dikatakan: “Tidak ada tubuh yang selamat dari penyakit hasad,
hanya saja seorang yang tercela menampakkannya dan seorang yang mulia
menyembunyikannya.” Alangkah menjamurnya penyakit hasad ini di tengah-tengah manusia,
yang satu hasad karena ilmunya, yang lain hasad karena hartanya, yang ini
karena kedudukannya, dan yang itu karena jabatannya.
Hasad adalah
akhlak tercela yang mendatangkan kemudharatan terhadap jasmani dan rohani.
Hasad adalah penyebab utama terjadinya perpecahan dan perselisihan. Sebagian
ulama salaf mengatakan “Hasad adalah dosa pertama penyebab terjadinya maksiat
kepada Allah di langit” yaitu hasad Iblis kepada Adam. Hasad pada hakikatnya
adalah keberatan atau protes terhadap ketentuan Allah dan hikmahnya.
Bahaya dari
kedengkian atau hasad ialah menghapuskan segala amal kebaikan seseorang seperti
habisnya kayu bakar dimakan api, hal ini disebutkan dalam sebuah hadist yang
diriwayatkan oleh Abû Dâud:
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ صَالِحٍ الْبَغْدَادِيُّ ،
حَدَّثَنَا أَبُوْ عَامِرٍ – يَعْنِي عَبْدَ الْمَلِكِ بْنُ عَمْرو – حَدَّثَنَا
سُلَيْمَانُ بْنُ بِلاَلٍ عَنْ إِبْرَاهِيْمَ بْنَ أَبِي أَسِيْدٍ ، عَنْ جَدِّهِ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ : أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ
{ إِيَّاكُمْ وَ الْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا
تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ ، أَوْ قَالَ : الْعُشْبَ}. ( رواه أبو داود )
“‘Utsmân bin Shâliẖ al-Baghdâdî menceritakan kepada kami, Abû
‘Âmir – yaitu Abd al-Malik bin ‘Amr – menceritakan kepada kami, Sulaimân bin
Bilâl menceritakan kepada kami dari Ibrâhîm bin Abî Asîd, dari kakeknya, dari
Abû Hurairah: Sesungguhnya Nabi SAW bersabda: ‘Jauhilah olehmu sifat dengki,
karena sesungguhnya dengki itu memakan kebaikan-kebaikan seperti api memakan
kayu bakar’.”(H.R. Abû Dâud)
Hasad tidak
timbul kecuali dari hati yang durhaka atas pembagian nikmat yang diberikan
Allah untuk hamba-Nya. Kesalahan pertama orang yang hasad (ẖâsid) ialah
penolakannya atas pembagian nikmat yang telah Allah berikan untuk makhluk-Nya,
dan kesalahan kedua adalah akibat dari apa yang dialaminya yaitu terbakarnya
hati ẖâsid bahkan sebelum orang yang ia hasadkan (maẖsûd) mendapatkan
keburukan darinya. Oleh sebab itu dikatakan bahwa hasad adalah perbuatan dosa
yang akibatnya dirasakan terlebih dahulu oleh ẖâsid, semua perbuatan
dosa hukumannya akan dirasakan di akhir kecuali hasad, karena sebelum si ẖâsid
mengaplikasikan rasa hasadnya ia sudah merasakan hukuman atas hasadnya tersebut
yaitu terbakar hatinya. Dalam Syarh Riyâdh ash-Shâlihîn disebutkan, sesungguhnya
hasad adalah bara api di dalam hati ẖâsid yang akan membakar hatinya
setiap kali Allah memberikan nikmat kepada hamba-Nya, dan membuat hidupnya akan
selalu terlihat dalam kesusahan dan kekhawatiran. Padahal betapapun hasad
seseorang terhadap orang lain tetap tidak dapat menghalangi nikmat yang
diberikan Allah kepada hamba-Nya.
Dalam buku Majmû’ah
Rasâ`il al-Imâm al-Ghazâlî Imam al-Ghazâlî (505 H) menjelaskan bahwa sifat
hasad merupakan cabang dari sifat tamak/rakus, orang rakus adalah orang yang
pelit atas nikmat Allah untuk hamba-Nya. Sifat hasad membebani pelakunya atas
segala anugerah Allah untuk hamba-Nya, baik berupa ilmu, harta, rasa cinta di
hati manusia, atau keberuntungan-keberuntungan lain sehingga membuatnya
menginginkan hilangnya anugerah tersebut dari pemiliknya meskipun dirinya tidak
memperoleh apapun dari nikmat tersebut. Hasad adalah sifat yang menyiksa dan
membuat pelakunya selalu merasakan siksa di dunia hingga kematiannya, padahal
siksa di akhirat akan lebih besar dan pedih. Seseorang tidak akan sampai kepada
hakikat keimanan selama dirinya tidak menyukai untuk saudaranya apa-apa yang ia
sukai untuk dirinya sendiri.
Ibn Qayyim (w.
751 H) dalam tafsirnya menyebutkan bahwa obat penyakit hasad yang sangat
penting adalah surat Al-Falaq, karena surat ini mencakup tawakkal kepada Allah
dan mencari perlindungan kepada-Nya dari si hâsid nikmat. Ibn Qayyim juga
menyebutkan 10 perkara yang dapat menolak kejahatan penyakit hasad,
diantaranya: berlindung kepada Allah dari kejahatan hasad, bertaqwa kepada
Allah dengan senantiasa melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya,
bersabar terhadap pendengki dengan tidak memusuhinya, bertawakkal kepada Allah,
mengosongkan hati dari pikiran dari hasad, selalu mengingat Allah dan ikhlas
kepada-Nya, menyerahkan taubat si hâsid kepada Allah atas dosa-dosa yang
diperbuatnya terhadap mahsûd, memperbanyak bersedekah dan berbuat
kebaikan sesuai kemampuan, memadamkan api hâsid dengan berbuat baik
padanya, dan perkara terakhir adalah beriman kepada Allah serta menyerahkan
segala sesuatu kepada Allah karena Dialah sang penyebab terjadinya segala
sesuatu.
Menurut Imam Asy-Sya’râwî
barang siapa yang mendapat musibah, baik berupa keburukan yang disebabkan
penyakit hasad dari orang lain, ataupun musibah lainnya maka hendaknya membaca
doa:
إِنَّا للهِ
وَ إِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ اللّهُمَّ إِنَّكَ رَبِّي وَ إِنَّكَ لَا تُحِبّ لِي
إِلَّا الْخَيْرِ لِأَنِّي صَنْعَتكَ وَ لَمْ تجر عَلَيَّ إِلَّا الْخَيْر
لكِنَّنيِ قَدْ لاَ أَسْتَطِيع أَنْ أَفْهَمَ ذلِكَ الْخَيْر
“Sesungguhnya
kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali, ya Allah sesungguhnya
Engkaulah Tuhanku, dan Engkau tidak menghendaki kecuali kebaikan untukku karena
diriku adalah ciptaan-Mu dan Engkau tidak membawaku kecuali kepada kebaikan,
akan tetapi diriku kadang tidak memahami kebaikan tersebut.”
Mudah-mudahan kita semua terhindar dari penyakit
hasad dalam diri kita dan terhindar dari hasad orang lain terhadap diri kita,
amin….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar