Rabu, 10 Juni 2020

MENUNTUT ILMU DI TENGAH KETERBATASAN


Saat ini sejumlah Negara di dunia termasuk Indonesia tengah dilanda pandemic covid 19, hal tersebut berimbas ditutupnya sejumlah fasilitas umum seperti tempat ibadah, lembaga pendidikan, tempat hiburan, restoran, dan lain-lain. Pemerintah menyerukan himbauan bekerja, belajar dan beribadah di rumah, seluruh aktifitas belajar mengajar di sekolah dan universitas diganti secara daring atau online. Dosen dan mahasiswa terpaksa harus beradaptasi dengan keadaan ini, kegiatan belajar mengajar secara online tentu saja memerlukan biaya yang tidak sedikit, hal inilah yang dikeluhkan oleh banyak dosen dan mahasiswa karena tidak sedikit dari mereka yang memiliki keterbatasan ekonomi. Keadaan ini seharusnya tidak membuat kita menyerah dan putus asa untuk belajar, melainkan kita jadikan sebagai cambuk agar semakin semangat dalam menuntut ilmu.

Patutnya kita meneladani kesungguhan Imam Asy-Syafi’i yang tidak putus asa dalam menuntut ilmu meski di tengah keterbatasan. Asy-Syafi’i terlahir sebagai anak yatim dan diasuh oleh ibundanya yang miskin, ibunya tidak memiliki apapun yang bisa digunakan untuk membayar seorang guru bagi puteranya. Namun setelah melihat kecerdasan dan kesungguhannya sang guru rela tidak dibayar bahkan mengangkatnya sebagai pengganti untuk mengawasi murid-murid yang lain jika gurunya tidak ada. Setelah menyelesaikan hafalan Al-Qur’an Asy-Syafi’i mengikuti majelis-majelis ilmu di Makkah, saking tidak punya biaya untuk membeli alat tulis ia mengumpulkan tulang belulang hewan yang bisa dimanfaatkan untuk menulis hadits dan ilmu lainnya. Tulang belulang yang sudah penuh dengan tulisan disimpannya dalam tempayan. Kesungguhannya dalam menuntut ilmu menjadikan namanya terukir tinta sejarah sebagai salah satu ulama terkemuka yang dibanggakan umat Islam hingga sekarang.

Semoga kisah Imam Asy-Syafi’i di atas membuat kita semakin bersyukur atas banyak nikmat yang Allah berikan, di tengah wabah korona kita masih diberikan kesehatan, kecanggihan teknologi yang ada memudahkan kita menuntut ilmu secara daring/online, kita masih bisa bertatap muka dan berkomunikasi dengan saudara, guru, dan teman-teman walau jarak memisahkan.

Jika manusia mau berpikir, banyak hikmah yang bisa dipetik dari wabah virus korona ini salah satunya adalah sikap tawakkal kepada Allah, menyerahkan sepenuhnya segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita hanya kepada Allah sebagai wujud iman terhadap qadha dan qadar, karena sejatinya wabah adalah rahmat bagi orang-orang mukmin seperti disebutkan dalam sebuah hadits:

حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ : أَخْبَرَنَا حَبَّانُ : حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ أَبِي الْفُرَاتِ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ بُرَيْدَةَ ، عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَنَّهَا أَخْبَرَتْهُ أَنَّهَا سَأَلَتْ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ عَنِ الطَّاعُوْنِ فَأَخْبَرَهَا نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : {أَنَّهُ كَانَ عَذَابًا يَبْعَثُهُ اللهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ ، فَجَعَلَهُ اللهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِيْنَ ، فَلَيْسَ مِنْ عَبْدٍ يَقَعُ الطَّاعُوْنُ فَيَمْكُثُ فِي بَلَدِهِ صَابِرًا ، يَعْلَمُ أَنَّهُ لَنْ يُصِيْبَهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللهُ لَهُ ، إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الشَّهِيْدِ} (رَوَاهُ الْبُخَارِي)

Menceritakan kepada kami Ishaq, mengabarkan kepada kami Habban, menceritakan kepada kami Daud bin Abi Al-Furat, menceritakan kepada kami Abdullah bin Buraidah dari Yahya bin Ya’mar dari Aisyah istri Nabi SAW, ia memberitahunya bahwa dirinya pernah bertanya kepada Rasulullah SAW perihal tha’un (wabah penyakit), lalu Nabi SAW memberitahunya: “Dahulu tha’un adalah siksa yang dikirimkan Allah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, lalu Allah menjadikannya rahmat bagi orang-orang mukmin. Tiada seorang hamba yang tertimpa tha’un kemudian menahan diri di negerinya dengan bersabar seraya menyadari bahwa tha’un tidak akan mengenainya kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagi dirinya, melainkan baginya pahala seperti pahala orang yang mati syahid.” (H.R. Al-Bukhari)

 

Mudah-mudahan pandemi ini segera berlalu, sehingga kita bisa kembali beraktifitas dengan tenang seperti sebelumnya tanpa ada kekhawatiran dan ketakutan. Nanti setelah semuanya sudah dilewati, atas izin Allah kita bisa bertemu lagi, bertatap muka, bersalaman dan berjabat tangan dengan senyum mengembang dan hati yang dipenuhi rasa syukur. Insya Allah….

 

Karawang, 08 April 2020


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENYAKIT HASAD DAN OBATNYA

Hasad adalah harapan seseorang ( Hasid ) akan hilangnya nikmat dari orang yang dihasadkannya ( Mahsud ), atau benci dan tidak senang ketik...