Menulis Sebagai Amal Jariyah
Kamis, 18 Juni 2020
PENYAKIT HASAD DAN OBATNYA
Rabu, 10 Juni 2020
MENUNTUT ILMU DI TENGAH KETERBATASAN
Saat ini sejumlah
Negara di dunia termasuk Indonesia tengah dilanda pandemic covid 19, hal
tersebut berimbas ditutupnya sejumlah fasilitas umum seperti tempat ibadah,
lembaga pendidikan, tempat hiburan, restoran, dan lain-lain. Pemerintah
menyerukan himbauan bekerja, belajar dan beribadah di rumah, seluruh
aktifitas belajar mengajar di sekolah dan universitas diganti secara daring
atau online. Dosen dan mahasiswa terpaksa harus beradaptasi dengan keadaan ini,
kegiatan belajar mengajar secara online tentu saja memerlukan biaya yang tidak
sedikit, hal inilah yang dikeluhkan oleh banyak dosen dan mahasiswa karena
tidak sedikit dari mereka yang memiliki keterbatasan ekonomi. Keadaan ini seharusnya
tidak membuat kita menyerah dan putus asa untuk belajar, melainkan kita jadikan
sebagai cambuk agar semakin semangat dalam menuntut ilmu.
Patutnya kita
meneladani kesungguhan Imam Asy-Syafi’i yang tidak putus asa dalam menuntut
ilmu meski di tengah keterbatasan. Asy-Syafi’i terlahir sebagai anak yatim dan diasuh
oleh ibundanya yang miskin, ibunya tidak memiliki apapun yang bisa digunakan
untuk membayar seorang guru bagi puteranya. Namun setelah melihat kecerdasan
dan kesungguhannya sang guru rela tidak dibayar bahkan mengangkatnya sebagai
pengganti untuk mengawasi murid-murid yang lain jika gurunya tidak ada. Setelah
menyelesaikan hafalan Al-Qur’an Asy-Syafi’i mengikuti majelis-majelis ilmu di
Makkah, saking tidak punya biaya untuk membeli alat tulis ia mengumpulkan
tulang belulang hewan yang bisa dimanfaatkan untuk menulis hadits dan ilmu
lainnya. Tulang belulang yang sudah penuh dengan tulisan disimpannya dalam
tempayan. Kesungguhannya dalam menuntut ilmu menjadikan namanya terukir tinta
sejarah sebagai salah satu ulama terkemuka yang dibanggakan umat Islam hingga
sekarang.
Semoga kisah
Imam Asy-Syafi’i di atas membuat kita semakin bersyukur atas banyak nikmat yang
Allah berikan, di tengah wabah korona kita masih diberikan kesehatan,
kecanggihan teknologi yang ada memudahkan kita menuntut ilmu secara
daring/online, kita masih bisa bertatap muka dan berkomunikasi dengan saudara, guru,
dan teman-teman walau jarak memisahkan.
Jika manusia
mau berpikir, banyak hikmah yang bisa dipetik dari wabah virus korona ini salah
satunya adalah sikap tawakkal kepada Allah, menyerahkan sepenuhnya segala
sesuatu yang terjadi dalam hidup kita hanya kepada Allah sebagai wujud iman terhadap
qadha dan qadar, karena sejatinya wabah adalah rahmat bagi orang-orang mukmin
seperti disebutkan dalam sebuah hadits:
حَدَّثَنَا
إِسْحَاقُ : أَخْبَرَنَا حَبَّانُ : حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ أَبِي الْفُرَاتِ
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ بُرَيْدَةَ ، عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ عَنْ
عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَنَّهَا
أَخْبَرَتْهُ أَنَّهَا سَأَلَتْ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ
عَنِ الطَّاعُوْنِ فَأَخْبَرَهَا نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ
: {أَنَّهُ كَانَ عَذَابًا يَبْعَثُهُ اللهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ ، فَجَعَلَهُ
اللهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِيْنَ ، فَلَيْسَ مِنْ عَبْدٍ يَقَعُ الطَّاعُوْنُ
فَيَمْكُثُ فِي بَلَدِهِ صَابِرًا ، يَعْلَمُ أَنَّهُ لَنْ يُصِيْبَهُ إِلَّا مَا
كَتَبَ اللهُ لَهُ ، إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الشَّهِيْدِ} (رَوَاهُ
الْبُخَارِي)
Menceritakan kepada kami Ishaq,
mengabarkan kepada kami Habban, menceritakan kepada kami Daud bin Abi Al-Furat,
menceritakan kepada kami Abdullah bin Buraidah dari Yahya bin Ya’mar dari
Aisyah istri Nabi SAW, ia memberitahunya bahwa dirinya pernah bertanya kepada
Rasulullah SAW perihal tha’un (wabah penyakit), lalu Nabi SAW memberitahunya: “Dahulu
tha’un adalah siksa yang dikirimkan Allah kepada siapa saja yang
dikehendaki-Nya, lalu Allah menjadikannya rahmat bagi orang-orang mukmin. Tiada
seorang hamba yang tertimpa tha’un kemudian menahan diri di negerinya dengan
bersabar seraya menyadari bahwa tha’un tidak akan mengenainya kecuali apa yang
telah Allah tetapkan bagi dirinya, melainkan baginya pahala seperti pahala
orang yang mati syahid.” (H.R. Al-Bukhari)
Mudah-mudahan
pandemi ini segera berlalu, sehingga kita bisa kembali beraktifitas dengan
tenang seperti sebelumnya tanpa ada kekhawatiran dan ketakutan. Nanti setelah
semuanya sudah dilewati, atas izin Allah kita bisa bertemu lagi, bertatap muka,
bersalaman dan berjabat tangan dengan senyum mengembang dan hati yang dipenuhi
rasa syukur. Insya Allah….
Karawang, 08 April 2020
PENYAKIT HASAD DAN OBATNYA
Hasad adalah harapan seseorang ( Hasid ) akan hilangnya nikmat dari orang yang dihasadkannya ( Mahsud ), atau benci dan tidak senang ketik...
-
Hasad adalah harapan seseorang ( Hasid ) akan hilangnya nikmat dari orang yang dihasadkannya ( Mahsud ), atau benci dan tidak senang ketik...
-
Saat ini sejumlah Negara di dunia termasuk Indonesia tengah dilanda pandemic covid 19, hal tersebut berimbas ditutupnya sejumlah fasilitas...