Kamis, 18 Juni 2020

PENYAKIT HASAD DAN OBATNYA


Hasad adalah harapan seseorang (Hasid) akan hilangnya nikmat dari orang yang dihasadkannya (Mahsud), atau benci dan tidak senang ketika dia melihat kebaikan ada pada diri orang lain. Ḫasad adalah penyakit yang parah dan racun yang mematikan, tidak seorangpun yang selamat kecuali yang diselamatkan oleh Allah, oleh karena itu dikatakan: “Tidak ada tubuh yang selamat dari penyakit hasad, hanya saja seorang yang tercela menampakkannya dan seorang yang mulia menyembunyikannya.” Alangkah menjamurnya penyakit hasad ini di tengah-tengah manusia, yang satu hasad karena ilmunya, yang lain hasad karena hartanya, yang ini karena kedudukannya, dan yang itu karena jabatannya.
Hasad adalah akhlak tercela yang mendatangkan kemudharatan terhadap jasmani dan rohani. Hasad adalah penyebab utama terjadinya perpecahan dan perselisihan. Sebagian ulama salaf mengatakan “Hasad adalah dosa pertama penyebab terjadinya maksiat kepada Allah di langit” yaitu hasad Iblis kepada Adam. Hasad pada hakikatnya adalah keberatan atau protes terhadap ketentuan Allah dan hikmahnya.
Bahaya dari kedengkian atau hasad ialah menghapuskan segala amal kebaikan seseorang seperti habisnya kayu bakar dimakan api, hal ini disebutkan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abû Dâud:
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ صَالِحٍ الْبَغْدَادِيُّ ، حَدَّثَنَا أَبُوْ عَامِرٍ – يَعْنِي عَبْدَ الْمَلِكِ بْنُ عَمْرو – حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلاَلٍ عَنْ إِبْرَاهِيْمَ بْنَ أَبِي أَسِيْدٍ ، عَنْ جَدِّهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ : أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ { إِيَّاكُمْ وَ الْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ ، أَوْ قَالَ : الْعُشْبَ}. ( رواه أبو داود )
“‘Utsmân bin Shâliẖ al-Baghdâdî menceritakan kepada kami, Abû ‘Âmir – yaitu Abd al-Malik bin ‘Amr – menceritakan kepada kami, Sulaimân bin Bilâl menceritakan kepada kami dari Ibrâhîm bin Abî Asîd, dari kakeknya, dari Abû Hurairah: Sesungguhnya Nabi SAW bersabda: ‘Jauhilah olehmu sifat dengki, karena sesungguhnya dengki itu memakan kebaikan-kebaikan seperti api memakan kayu bakar’.”(H.R. Abû Dâud)

Hasad tidak timbul kecuali dari hati yang durhaka atas pembagian nikmat yang diberikan Allah untuk hamba-Nya. Kesalahan pertama orang yang hasad (ẖâsid) ialah penolakannya atas pembagian nikmat yang telah Allah berikan untuk makhluk-Nya, dan kesalahan kedua adalah akibat dari apa yang dialaminya yaitu terbakarnya hati ẖâsid bahkan sebelum orang yang ia hasadkan (maẖsûd) mendapatkan keburukan darinya. Oleh sebab itu dikatakan bahwa hasad adalah perbuatan dosa yang akibatnya dirasakan terlebih dahulu oleh ẖâsid, semua perbuatan dosa hukumannya akan dirasakan di akhir kecuali hasad, karena sebelum si ẖâsid mengaplikasikan rasa hasadnya ia sudah merasakan hukuman atas hasadnya tersebut yaitu terbakar hatinya. Dalam Syarh Riyâdh ash-Shâlihîn disebutkan, sesungguhnya hasad adalah bara api di dalam hati ẖâsid yang akan membakar hatinya setiap kali Allah memberikan nikmat kepada hamba-Nya, dan membuat hidupnya akan selalu terlihat dalam kesusahan dan kekhawatiran. Padahal betapapun hasad seseorang terhadap orang lain tetap tidak dapat menghalangi nikmat yang diberikan Allah kepada hamba-Nya.
Dalam buku Majmû’ah Rasâ`il al-Imâm al-Ghazâlî Imam al-Ghazâlî (505 H) menjelaskan bahwa sifat hasad merupakan cabang dari sifat tamak/rakus, orang rakus adalah orang yang pelit atas nikmat Allah untuk hamba-Nya. Sifat hasad membebani pelakunya atas segala anugerah Allah untuk hamba-Nya, baik berupa ilmu, harta, rasa cinta di hati manusia, atau keberuntungan-keberuntungan lain sehingga membuatnya menginginkan hilangnya anugerah tersebut dari pemiliknya meskipun dirinya tidak memperoleh apapun dari nikmat tersebut. Hasad adalah sifat yang menyiksa dan membuat pelakunya selalu merasakan siksa di dunia hingga kematiannya, padahal siksa di akhirat akan lebih besar dan pedih. Seseorang tidak akan sampai kepada hakikat keimanan selama dirinya tidak menyukai untuk saudaranya apa-apa yang ia sukai untuk dirinya sendiri.
Ibn Qayyim (w. 751 H) dalam tafsirnya menyebutkan bahwa obat penyakit hasad yang sangat penting adalah surat Al-Falaq, karena surat ini mencakup tawakkal kepada Allah dan mencari perlindungan kepada-Nya dari si hâsid nikmat. Ibn Qayyim juga menyebutkan 10 perkara yang dapat menolak kejahatan penyakit hasad, diantaranya: berlindung kepada Allah dari kejahatan hasad, bertaqwa kepada Allah dengan senantiasa melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, bersabar terhadap pendengki dengan tidak memusuhinya, bertawakkal kepada Allah, mengosongkan hati dari pikiran dari hasad, selalu mengingat Allah dan ikhlas kepada-Nya, menyerahkan taubat si hâsid kepada Allah atas dosa-dosa yang diperbuatnya terhadap mahsûd, memperbanyak bersedekah dan berbuat kebaikan sesuai kemampuan, memadamkan api hâsid dengan berbuat baik padanya, dan perkara terakhir adalah beriman kepada Allah serta menyerahkan segala sesuatu kepada Allah karena Dialah sang penyebab terjadinya segala sesuatu.
Menurut Imam Asy-Sya’râwî barang siapa yang mendapat musibah, baik berupa keburukan yang disebabkan penyakit hasad dari orang lain, ataupun musibah lainnya maka hendaknya membaca doa:
إِنَّا للهِ وَ إِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ اللّهُمَّ إِنَّكَ رَبِّي وَ إِنَّكَ لَا تُحِبّ لِي إِلَّا الْخَيْرِ لِأَنِّي صَنْعَتكَ وَ لَمْ تجر عَلَيَّ إِلَّا الْخَيْر لكِنَّنيِ قَدْ لاَ أَسْتَطِيع أَنْ أَفْهَمَ ذلِكَ الْخَيْر
“Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali, ya Allah sesungguhnya Engkaulah Tuhanku, dan Engkau tidak menghendaki kecuali kebaikan untukku karena diriku adalah ciptaan-Mu dan Engkau tidak membawaku kecuali kepada kebaikan, akan tetapi diriku kadang tidak memahami kebaikan tersebut.”

Mudah-mudahan kita semua terhindar dari penyakit hasad dalam diri kita dan terhindar dari hasad orang lain terhadap diri kita, amin….

Rabu, 10 Juni 2020

MENUNTUT ILMU DI TENGAH KETERBATASAN


Saat ini sejumlah Negara di dunia termasuk Indonesia tengah dilanda pandemic covid 19, hal tersebut berimbas ditutupnya sejumlah fasilitas umum seperti tempat ibadah, lembaga pendidikan, tempat hiburan, restoran, dan lain-lain. Pemerintah menyerukan himbauan bekerja, belajar dan beribadah di rumah, seluruh aktifitas belajar mengajar di sekolah dan universitas diganti secara daring atau online. Dosen dan mahasiswa terpaksa harus beradaptasi dengan keadaan ini, kegiatan belajar mengajar secara online tentu saja memerlukan biaya yang tidak sedikit, hal inilah yang dikeluhkan oleh banyak dosen dan mahasiswa karena tidak sedikit dari mereka yang memiliki keterbatasan ekonomi. Keadaan ini seharusnya tidak membuat kita menyerah dan putus asa untuk belajar, melainkan kita jadikan sebagai cambuk agar semakin semangat dalam menuntut ilmu.

Patutnya kita meneladani kesungguhan Imam Asy-Syafi’i yang tidak putus asa dalam menuntut ilmu meski di tengah keterbatasan. Asy-Syafi’i terlahir sebagai anak yatim dan diasuh oleh ibundanya yang miskin, ibunya tidak memiliki apapun yang bisa digunakan untuk membayar seorang guru bagi puteranya. Namun setelah melihat kecerdasan dan kesungguhannya sang guru rela tidak dibayar bahkan mengangkatnya sebagai pengganti untuk mengawasi murid-murid yang lain jika gurunya tidak ada. Setelah menyelesaikan hafalan Al-Qur’an Asy-Syafi’i mengikuti majelis-majelis ilmu di Makkah, saking tidak punya biaya untuk membeli alat tulis ia mengumpulkan tulang belulang hewan yang bisa dimanfaatkan untuk menulis hadits dan ilmu lainnya. Tulang belulang yang sudah penuh dengan tulisan disimpannya dalam tempayan. Kesungguhannya dalam menuntut ilmu menjadikan namanya terukir tinta sejarah sebagai salah satu ulama terkemuka yang dibanggakan umat Islam hingga sekarang.

Semoga kisah Imam Asy-Syafi’i di atas membuat kita semakin bersyukur atas banyak nikmat yang Allah berikan, di tengah wabah korona kita masih diberikan kesehatan, kecanggihan teknologi yang ada memudahkan kita menuntut ilmu secara daring/online, kita masih bisa bertatap muka dan berkomunikasi dengan saudara, guru, dan teman-teman walau jarak memisahkan.

Jika manusia mau berpikir, banyak hikmah yang bisa dipetik dari wabah virus korona ini salah satunya adalah sikap tawakkal kepada Allah, menyerahkan sepenuhnya segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita hanya kepada Allah sebagai wujud iman terhadap qadha dan qadar, karena sejatinya wabah adalah rahmat bagi orang-orang mukmin seperti disebutkan dalam sebuah hadits:

حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ : أَخْبَرَنَا حَبَّانُ : حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ أَبِي الْفُرَاتِ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ بُرَيْدَةَ ، عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَنَّهَا أَخْبَرَتْهُ أَنَّهَا سَأَلَتْ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ عَنِ الطَّاعُوْنِ فَأَخْبَرَهَا نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : {أَنَّهُ كَانَ عَذَابًا يَبْعَثُهُ اللهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ ، فَجَعَلَهُ اللهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِيْنَ ، فَلَيْسَ مِنْ عَبْدٍ يَقَعُ الطَّاعُوْنُ فَيَمْكُثُ فِي بَلَدِهِ صَابِرًا ، يَعْلَمُ أَنَّهُ لَنْ يُصِيْبَهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللهُ لَهُ ، إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الشَّهِيْدِ} (رَوَاهُ الْبُخَارِي)

Menceritakan kepada kami Ishaq, mengabarkan kepada kami Habban, menceritakan kepada kami Daud bin Abi Al-Furat, menceritakan kepada kami Abdullah bin Buraidah dari Yahya bin Ya’mar dari Aisyah istri Nabi SAW, ia memberitahunya bahwa dirinya pernah bertanya kepada Rasulullah SAW perihal tha’un (wabah penyakit), lalu Nabi SAW memberitahunya: “Dahulu tha’un adalah siksa yang dikirimkan Allah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, lalu Allah menjadikannya rahmat bagi orang-orang mukmin. Tiada seorang hamba yang tertimpa tha’un kemudian menahan diri di negerinya dengan bersabar seraya menyadari bahwa tha’un tidak akan mengenainya kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagi dirinya, melainkan baginya pahala seperti pahala orang yang mati syahid.” (H.R. Al-Bukhari)

 

Mudah-mudahan pandemi ini segera berlalu, sehingga kita bisa kembali beraktifitas dengan tenang seperti sebelumnya tanpa ada kekhawatiran dan ketakutan. Nanti setelah semuanya sudah dilewati, atas izin Allah kita bisa bertemu lagi, bertatap muka, bersalaman dan berjabat tangan dengan senyum mengembang dan hati yang dipenuhi rasa syukur. Insya Allah….

 

Karawang, 08 April 2020


PENYAKIT HASAD DAN OBATNYA

Hasad adalah harapan seseorang ( Hasid ) akan hilangnya nikmat dari orang yang dihasadkannya ( Mahsud ), atau benci dan tidak senang ketik...